Bahaya Radiasi bagi Makhluk Hidup: Belajar dari Kasus Cikande yang Bikin Heboh

Bahaya Radiasi bagi Makhluk Hidup: Belajar dari Kasus Cikande yang Bikin Heboh

Beberapa waktu terakhir, publik dihebohkan oleh kabar adanya temuan zat radioaktif di kawasan industri Cikande, Kabupaten Serang, Banten. Zat yang ditemukan bukan sembarang bahan � namanya Caesium-137, salah satu isotop radioaktif yang biasanya hanya muncul dari proses reaktor nuklir.

Kabar ini membuat banyak orang bertanya-tanya: seberapa berbahaya sebenarnya zat radioaktif bagi makhluk hidup? Apakah paparan di lingkungan industri bisa berdampak langsung ke manusia, hewan, dan tumbuhan di sekitarnya?


Apa Itu Zat Radioaktif?

Zat radioaktif adalah unsur yang dapat memancarkan energi dalam bentuk radiasi ionisasi. Saat radiasi ini menembus tubuh makhluk hidup, ia bisa merusak jaringan, terutama DNA di dalam sel. Akibatnya, sel bisa mati, rusak, atau mengalami mutasi.

Dalam kasus Cikande, zat yang ditemukan adalah Caesium-137 (Cs-137) � bahan hasil reaksi fisi nuklir. Cs-137 berbahaya karena:

  • Memiliki waktu paruh sekitar 30 tahun, artinya butuh puluhan tahun agar aktivitasnya menurun setengahnya.

  • Mudah larut dalam air dan bisa menyebar ke tanah, sungai, bahkan tanaman.

  • Memancarkan radiasi gamma yang bisa menembus tubuh manusia dan hewan.


Dampak Radiasi pada Makhluk Hidup


1. Manusia

Paparan radiasi bisa berdampak langsung maupun jangka panjang.
Dalam dosis tinggi, efeknya bisa muncul dalam hitungan jam: mual, muntah, kulit melepuh, hingga kerusakan organ.
Namun, yang lebih berbahaya adalah paparan rendah tapi terus-menerus � efeknya bisa muncul bertahun-tahun kemudian dalam bentuk kanker, gangguan kesuburan, dan mutasi genetik.

Para ahli menyebut kelompok yang paling rentan terhadap paparan ini adalah anak-anak dan ibu hamil, karena sel-sel tubuh mereka masih aktif membelah.


2. Hewan dan Tumbuhan

Hewan yang hidup di sekitar area terkontaminasi bisa terkena efek yang sama seperti manusia. Mereka bisa menyerap zat radioaktif dari makanan atau air, lalu menumpuknya di jaringan tubuh.
Efeknya? Gangguan reproduksi, perubahan perilaku, atau kelainan pada generasi berikutnya.

Tumbuhan pun tak luput dari ancaman. Tanah yang tercemar bisa membuat akar menyerap zat radioaktif, sehingga tanaman tumbuh tidak normal, daunnya menguning, dan hasil panennya berkurang. Zat ini kemudian bisa berpindah ke hewan yang memakan tumbuhan itu � membentuk rantai radiasi dalam ekosistem.


Ketika Lingkungan Tercemar: Efek Domino yang Panjang

Salah satu masalah terbesar dari radiasi adalah sifatnya yang menetap lama di alam. Sekali masuk ke tanah atau air, zat seperti Caesium-137 bisa bertahan puluhan tahun. Itu berarti efeknya bisa terus terasa, bahkan ketika sumber awalnya sudah lama hilang.

Dalam konteks Cikande, meski pemerintah memastikan kadar radiasi di lokasi kini sudah turun, tetap diperlukan pemantauan jangka panjang. Tanah dan air di sekitar kawasan industri perlu dicek secara berkala agar tidak ada sisa zat radioaktif yang kembali aktif atau menyebar ke area pemukiman.


Kasus Cikande, Cermin Pengawasan yang Harus Diperketat

Kasus di Cikande bermula dari temuan zat radioaktif yang diduga berasal dari logam bekas atau bahan industri impor. Pemerintah lewat BAPETEN dan BRIN bergerak cepat melakukan penyelidikan dan dekontaminasi.
Beberapa warga di sekitar kawasan juga menjalani pemeriksaan kesehatan. Hasil awal menunjukkan tidak ada gejala serius, tetapi pengawasan tetap dilakukan.

Kejadian ini menjadi pengingat bahwa pengawasan bahan berbahaya di kawasan industri harus diperketat. Dalam dunia global seperti sekarang, limbah logam atau material bekas dari luar negeri bisa membawa zat berbahaya tanpa terdeteksi. Jika masuk ke tanah atau air, dampaknya bisa meluas ke seluruh rantai kehidupan.


Apa yang Bisa Dilakukan Warga?

Bagi warga yang tinggal di sekitar kawasan industri atau lokasi yang terindikasi mengandung zat radioaktif, ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan untuk melindungi diri dan keluarga:

  1. Hindari kontak langsung dengan tanah atau benda mencurigakan.
    Jika ada tanah, logam, atau debu yang terlihat tidak biasa � terutama di sekitar lokasi industri � sebaiknya jangan disentuh tanpa alat pelindung. Gunakan sarung tangan atau sepatu tertutup saat beraktivitas di luar rumah.

  2. Batasi aktivitas di area terdekat sumber radiasi.
    Jika pemerintah sudah menetapkan area dengan tingkat radiasi tinggi, usahakan tidak berlama-lama di sana. Hindari menanam sayuran, menggali tanah, atau mengambil air tanah dari lokasi tersebut sampai benar-benar dinyatakan aman.

  3. Perhatikan sumber makanan dan air.
    Gunakan air bersih yang berasal dari sumber resmi. Jika memungkinkan, hindari konsumsi hasil pertanian yang tumbuh di area terdampak sebelum ada hasil uji keamanan dari pihak berwenang.

  4. Ikuti pemeriksaan kesehatan.
    Warga yang berada dalam radius dekat dari lokasi paparan sebaiknya mengikuti pemeriksaan medis rutin. Pemerintah biasanya membuka posko kesehatan khusus untuk mendeteksi paparan radiasi secara dini.

  5. Jaga komunikasi dengan petugas dan sesama warga.
    Jangan ragu melaporkan bila menemukan benda logam atau bahan yang mencurigakan. Komunikasi yang terbuka membantu petugas memetakan area risiko dan mempercepat penanganan.

  6. Tetap tenang dan cari informasi dari sumber resmi.
    Hindari menyebarkan kabar yang belum jelas. Pemerintah melalui BAPETEN dan BRIN rutin mengeluarkan pembaruan data. Dengan begitu, warga bisa tetap waspada tanpa panik berlebihan.



Penutup: Saat Radiasi Jadi Alarm untuk Kita Semua

Kasus radioaktif di Cikande bukan hanya soal kontaminasi lingkungan, tapi juga peringatan bagi kita semua. Bahwa dalam era industri modern, pengawasan terhadap bahan berbahaya harus sejalan dengan kepedulian terhadap makhluk hidup dan ekosistem.

Radiasi memang tak terlihat, tak berbau, tapi dampaknya nyata. Ia bisa merusak dari dalam, perlahan tapi pasti. Karena itu, menjaga lingkungan bebas dari kontaminasi radioaktif bukan sekadar tugas pemerintah � tapi tanggung jawab kita bersama sebagai penghuni bumi.

Penulis: Rudi 09 November 2025

Berita Terkait